Text
Orang-orang biasa : ordinary people
Dalam novel Orang-orang Biasa kita bertemu sepuluh sekawan yang bernasib sial sejak kecil. Mereka murid-murid terbodoh di kelas sekaligus datang dari keluarga miskin. Lantaran bodoh dan miskin, mereka jadi sasaran empuk penindasan.Di novel ini para pem-bully itu adalah Trio Bastardin dan Duo Boron. Nasib buruk itu berlangsung hingga mereka dewasa. Mereka tak bisa keluar dari lingkaran kemiskinan seperti sekawan di Laskar Pelangi. Ada yang jadi orangtua tunggal, membesarkan anak-anaknya sambil berjualan mainan. Ada yang menjadi supir dan pegawai rendahan. Ada yang membuka kios buku tapi sepi pembeli. Ada yang menjadi guru honorer bergaji kecil tapi punya banyak anak.Ada yang berganti pekerjaan karena berbuat onar terus dan hobi dandan lalu selfie. Ada yang tak punya pendirian. Dan yang paling ajaib, ada yang mengklaim jadi motivator walau belum sekalipun ada yang mengundangnya jadi pembicara. Kalau cuma bicara tentang kesialan nasib orang miskin apa istimewanya?Di sini Andrea sebagai pencerita menunjukkan kepiawaiannya. Dengan sudut pandang (point of view) yang serba maha tahu ia berkisah inti cerita Orang-orang Biasa adalah rencana perampokan bank. Alkisah, Dinah, salah satu dari sepuluh sekawan, punya anak perempuan yang diterima masuk perguruan tinggi fakultas kedokteran. Kita tahu biaya kuliah jadi dokter sangat mahal.Sepuluh sekawan lalu bersepakat akan merampok bank untuk membiaya kuliah tersebut. Cara bercerita maha tahu memungkinkan Andrea berbual-bual mengeksplorasi kebodohan dan kesialan tokoh-tokohnya. Kerap kali ia menggambarkan kemalangan nasib mereka secara berlebihan. Tentu saja cara itu berhasil membuat kita terpingkal-pingkal maupun tersenyum getir.
05849 | 899.221 3 AND o | Perpustakaan SMKN 3 Yogyakarta | Sedang Dipinjam (Jatuh tempo pada2024-02-02) |
Tidak tersedia versi lain